Rugi, Garuda Tutup Beberapa Rute Dalam Negeri & Luar Negeri

Market - Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
21 May 2019 19:47
Rugi, Garuda Tutup Beberapa Rute Dalam Negeri & Luar Negeri Foto: Garuda Indonesia's Boeing 737 Max 8 (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membeberkan kondisi industri penerbangannya saat ini. Di hadapan anggota Komisi VI DPR RI, Selasa (21/5/2019), Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Ashkara menjelaskan biaya penerbangan sudah amat mahal.

Kebijakan pemerintah yang meminta maskapai menurunkan tarif batas atas (TBA) harga tiket pesawat sebesar 15% memperparah derita. Akibatnya, Garuda Indonesia memutuskan menutup sejumlah rute penerbangan ke area terpencil juga penerbangan ke beberapa negara.

"Memang dampaknya kita tidak bisa lagi terbang ke daerah-daerah remote (terpencil). Terus terang kita diprotes juga sama [Bupati] Belitung. [Kerugiannya] US$ 1,3 juta (Rp 18,2 miliar) per 6 bulan. Jadi kita tidak bisa lagi mensubsidi dari jalur-jalur gemuk seperti Surabaya, Denpasar, Yogyakarta ke daerah-daerah yang di ujung," kata Ari dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI, Selasa (21/5/2019).



Selain Belitung, Garuda Indonesia juga mengurangi penerbangan ke Pulau Morotai, Maumere dan Bima. Ari menjelaskan, bahan bakar di daerah tersebut juga jauh lebih mahal dibanding daerah lain. Harga bisa 80% di atas harga bahan bakar biasanya.

Selain itu, jam operasinya pun terbatas pukul 15.00-16.00 saja. Dengan kondisi itu, maskapai harus kembali menghitung biaya yang dikeluarkan. Bila sudah malam maka kru juga harus menginap dan mengeluarkan biaya lagi.

"Jadi sungguh tidak menguntungkan harga diturunkan, kita tidak bisa beroperasi di tempat tertentu. Kecuali kita diberi penugasan ya kita siap," tuturnya.

Selain rute ke daerah terpencil, Garuda juga menutup penerbangan rute Mumbai-Denpasar dan Belitung-Singapura. Ari memaparkan rute tersebut dibuka semula karena Kementerian Pariwisata menjanjikan memberi dana Rp 8 miliar sebulan. Khusus Belitung-Singapura, Rp 8 miliar untuk 6 bulan. Namun, janji tersebut belum juga direalisasi.

Hal serupa juga berlaku untuk penerbangan ke London. Ari menyatakan, penerbangan ke London akan ditutup setelah Lebaran. "Untuk London pasti kita akan tutup karena kita tidak bisa subsidi lagi. Sebelumnya, memang kita buka karena kita masih bisa mensubsidi. Sekarang kita menutup setelah Lebaran," ujarnya.

Begitu juga dengan penerbangan ke Amsterdam, penerbangannya akan dikurangi dari 6 kali menjadi 3 kali. "Impact-nya cukup banyak dari penurunan tarif ini. Kita cukup strict. Kalau sangat rugi kita tutup. Kalau Maumere kita kurangi. [Penerbangan] ke Langgur [Maluku Tenggara] kita tutup tapi kargo kita tingkatkan di sana," jelasnya.

Adanya kebijakan pemerintah menurunkan TBA 15% memperparah hal itu. Menurut Ari, hanya di Indonesia ada aturan TBA atau Tarif Batas Bawah (TBB). Maskapai di Indonesia dinilai sulit berkompetisi di luar negeri karena terlalu banyak komponen pajak yang harus dipenuhi.

"Saya bukan mau protes tapi apa adanya. Kita dikenakan lagi di avtur PPN 10%, leasing pesawat di Indonesia 10% juga. jadi komponen tax cukup besar sehingga tidak bisa kalau bersaing di luar negeri," ucap Ari.


Namun demikian, bisnis penerbangan Garuda masih tertolong dengan adanya penerbangan-penerbangan ke Jepang, Singapura, Jeddah atau Madinah sebagai pasar tradisional. Tapi, untuk bersaing, komposisi harga rata-rata Garuda, lanjut Ari, jauh di bawah negara lain.

"Di Indonesia harga rata-rata per jam itu dalam rupiah kita paling rendah sendiri dibanding Jepang atau China, Amerika Serikat (AS), Eropa atau Australia. Ini proporsi waktuTBA masih tinggi, sekarang turun jadi turun lagi." kata Ari.
 
Saksikan Video Garuda Indonesia Jawab Polemik Pencatatan Piutang Mahata

[Gambas:Video CNBC]


(dob/dob)
Terpopuler
    spinner loading
Features
    spinner loading