Ternyata 77% penumpang pesawat di Indonesia menganggap bahwa harga tiket pesawat maskapai Indonesia masih wajar. Kategori wajar ini adalah wajar, murah dan sangat murah. Demikian disampaikan ketua umum Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (APJAPI) Alvin Lie pada Selasa (26/3) sore di Jakarta saat acara Buka Puasa Bersama INACA.
Menurut Alvin, hanya 23% penumpang yang menganggap harga tiket pesawat di Indonesia itu mahal dan sangat mahal.
APJAPI memperoleh kesimpulan tersebut setelah melakukan penyebaran 7.400 kuesioner pada penumpang pada akhir tahun 2023 sampai dengan awal tahun 2024 di bandara-bandara Indonesia.
“Para penumpang tersebut telah memegang boarding pass, artinya mereka benar-benar masyarakat yang akan terbang, bukan masyarakat umum,” ujar Alvin Lie.
Ketua Dewan Pembina INACA yang juga merupakan Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengaku tidak terkejut dengan hal tersebut. Menurutnya, para penumpang pesawat sebenarnya sebagian besar adalah orang yang mampu.
“Orang Indonesia yang naik pesawat itu hanya sekitar 5 juta orang. Karena mereka naik pesawat beberapa kali pulang-pergi, sehingga jumlah penumpang menjadi puluhan hingga seratusan juta,” ujarnya.
Di sisi lain, industri penerbangan adalah industri berteknologi canggih yang pengoperasiannya perlu biaya tinggi. Dengan kondisi yang demikian maka tidak relevan lagi jika tarif penerbangan masih diatur pemerintah seperti saat ini karena dapat menyulitkan perkembangan industri penerbangan dan menyulitkan peningkatan layanan pada penumpang.
Pada kesempatan yang sama, Alvin Lie juga menyatakan bahwa ternyata 91% penumpang pesawat tidak mengetahui ada komponen harga tiket selain tarif. Padahal di dalam komponen harga tiket tersebut terdapat biaya-biaya lain seperti PJP2U atau passenger service charge (PSC) untuk pengelola bandara, pajak dan iuran wajib penerbangan untuk pemerintah. Dalam kondisi harga bahan bakar avtur yang tinggi juga akan ada tambahan fuel surcharge pada tiket.
Tambahan biaya-biaya tersebut yang membuat harga tiket pesawat bisa menjadi mahal. Dan dalam kondisi yang demikian, masyarakat selalu menyatakan hal tersebut adalah tanggung jawab maskapai penerbangan.
Menurut Alvin, diperlukan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat terkait hal-hal tersebut sehingga masyarakat semakin paham dengan tanggung jawab masing-masing pihak dalam bisnis penerbangan.
Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja setuju dengan hal tersebut. Menurutnya sosialisasi dan edukasi perlu terus-menerus dilakukan dengan kerjasama semua pihak baik maskapai, bandara, pemerintah maupun asosiasi masyarakat.
“Perlu kerjasama dalam sosialisasi dan edukasi pada masyarakat sehingga dapat mendukung operasional penerbangan lebih efektif dan efisien. Pada akhirnya, hasilnya nanti juga untuk peningkatan layanan pada masyarakat,” ujar Denon.
Pada kesempatan tersebut, dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara INACA dan APJAPI untuk saling bekerjasama dalam meningkatkan bisnis penerbangan yang lebih efektif dan efisien serta sekaligus meningkatkan layanan terhadap penumpang.
#inaca #apjapi #tiketpesawat
@denonprawiraatmadja @darkside2306 @dharmadi.flybest @didit.dwiyanto @totosoebandoro @cafeangkasa @dicky.d2005 @dimdok @alvinlie21 @apjapi.id @setiaputrairfan @pututdaniell @tengkuburhan